Sebenarnya, saat ini sekarang saya sedang berada di Dieng. Karena cerita perjalanan selama di Kalimantan Barat belum selesai, maka dari itu mau dilanjutin lagi. Hashtag LIVEPOST berubah jadi Latepost ya!
Perut tak berhenti berbunyi seolah irama musik. Tanda-tanda kekurangan karbohidrat nampak di wajah para tim. Ada yang meracau, ngomel sendiri, bahkan ada yang menyebut nama makanan bolak-balik. Intinya, kami semua sudah kelaparan.
Setelah mengobrak-abrik internet, kami menemukan satu lokasi kuliner yang belum kami sambangi. Menurut blog mas Farchan @efenerr, salah satu kuliner khas yang wajib dicoba di Pontianak adalah Bubur Paddas Pak Ngah.
Tak hanya Bubur Paddas, kedai yang terletak di Jalan Yos Sudarso ini juga menyediakan aneka makanan, salah satunya adalah soto kambing sebagai menu andalan. Tanpa perlu melihat menu, kami berempat kompak memesan bubur paddas.
Tak lama, semangkok bubur pedas datang ke meja kami. Seperti rawon, kuliner yang didominasi oleh warna hitam ini awalnya tidak memikat kami. Tetapi, saat saya mencoba sesuap, penilaian itu salah. Jadi ada benarnya juga, jangan melihat sesuatu dari covernya.
Rasanya sama sekali tidak pedas! Warna hitam alami datang dari lada hitam yang ditabur di atas bubur. Lalu saya bertanya tentang asal usul kata Paddas kepada seorang waiter yang melayani kami.
Jadi menurut si Mbak, Paddas itu berasal dari bahasa Melayu yang artinya beragam campuran sayuran dan rempah-rempah. Ada benarnya, karena bubur ini didominasi oleh aneka macam sayuran, misalnya kangkung dan jagung. (Sebenarnya ada banyak sekali, saya malah sempat menyebut bubur ini harusnya dinamakan bubur sayur 😂). Tak lupa daging sapi, tetelan, kikil, ikan teri goreng dan kacang menjadi topping dari bubur paddas ini.
Rasanya? Menurut saya gurih dan sedikit pedas. Yang paling terasa sih karena banyak sayuran dan rempahnya, jadi agak campur aduk. Tak hanya enak, tapi juga kaya gizi karena lengkap akan sayuran dan aneka topping. Yuhuuu!
Udah ada yang pernah coba?
Source : instagram @catatanbackpacker