Dalam perjalanan menuju Mahameru, kita diberi trek pasir yang cukup merepotkan karena pijakannya terdiri dari kerikil yang tidak padat, sehingga 2-3 langkah akan setara dengan 1 langkah karena merosot, ditambah penglihatan yang monoton karena gelapnya malam dan sulit untuk melihat tolak ukur sejauh mana kita sudah melangkah.
Trek pasir menuju Mahameru cenderung sangat nanjak dengan kemiringan sekitar 45°- 60° dan hanya satu jalur yang ditarik lurus dari perbatasan vegetasi (3044 mdpl) ke Mahameru (3676 mdpl). Hal ini TIDAK HANYA menguji FISIK, tapi juga MENTAL. Tidak sedikit juga pendaki yang menyerah di trek pasir tersebut dan memilih kembali turun ke bawah, bukan karena mereka TIDAK SANGGUP, tapi karena mereka sudah TIDAK MAU.
Salah satu cara yang saya gunakan untuk melawan mental tersebut adalah dengan menggunakan GPS handheld (Garmindmi) untuk mengetahui posisi altitude (jarak vertikal dari permukaan laut) saya. Sedikit cerita saat itu sekitar pukul 04.00 ada pendaki yang menyemangati saya, “Semangat Mbak, treknya masih jauh”, lalu saya cek GPS yang menunjukkan posisi skitar 3560 mdpl, kemudian saya jawab “Ngga kok, sudah deket tinggal 100 mdpl, mungkin sekitar setengah jam lagi”.
Dengan penggunaan GPS, selain untuk plotting jalur, kita dapat mengestimasi posisi ketinggian kita sehingga hal itu dapat menjadi salah satu motivasi untuk tetap berjalan tanpa perlu bertanya-tanya apakah trek ini masih jauh atau tidak. Garmin eTrex 10 handheld GPS menggunakan Elevation-based GPS dan koreksi akurasi yang didapat dri gps ini adalah ±6 meter (3682mdpl).
Cuaca yang tidak bisa ditebak atau kalian yang MALAS baca prediksi cuaca?
Bukan menyepelekan, tapi jika kalian mau membiasakan utk membaca prakiraan cuaca, minimal kalian bisa antisipasi dengan persiapan lebih matang sebelum terjadinya badai, seperti time-management pendakian dan pemilihan lokasi utk camp.
Beberapa hari sebelum badai yg terjadi weekend kemaren, saya pun memiliki rencana pendakian, namun ketika saya membuka app prakiraan cuaca, hingga H-1 tidak ada perubahan dan tetap tertulis badai dengan kecepatan angin 10-15km/h (berpotensi utk mematahkan dahan2 ringan pohon). Akhirnya rencana pendakian saya cancel.
Kemudian mulai bermunculan update di sosmed dgn judul “Cuaca tidak bisa diprediksi”, “Cuaca tidak menentu”, yang membuat saya berpikir bahwa barangkali smartphone-nya hanya bisa untuk buka instagram.